Bimbingan dan Konseling

TUGAS 1
REVIEW PRESENTASI
MAKALAH MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling    
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
                                                         2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707





Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Pada dasarnya, bimbingan merupakan gaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortesen dan Alan M. Schumuller (1976, dalam Nurihsan, 2006) menyatakan, Guidance may be defined as that part of the total educational program that help provide the personal apportunities and sepecialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in therm of the democratic idea.
Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi atau upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak tebatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenana dengan semua aspek kepribadiannyadalam semua konteks kehidupan (masalah, target, intervensi, setting, metode, dan lama waktu layanan).

      2. Pengertian Konseling
             Shertzer dan stone (1980, dalam Nurihsan, 2006) telah membahas berbagai definisi yang terdapat di dalam literatur tentang konseling. Dari hasil bahasannya itu, mereka sampai pada kesimpulan, bahwa Counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goals and values of future behavior.
          Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannnya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

B.     Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
      1. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika Serikat
    Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar        tahun 1987-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu  sepuluh tahun, ia membantu mengatasi msalah-masalah pendidikan, moral dna jabatan siswa. Pada    tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih  pekerjaan yang cocok untuk mereka. Tahun 1910, Willianm Healy mendirikan Juvenile Psycopathic  Institut di Chicago.
   Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat oesat pada awal tahun    1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel dan Guidance Association)  pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983, APGA mengubah namanya menjadi AACD    (American Association Counceling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung  pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat ini AACD    merupakan organisasi professional bagi para konselor di Amerika Serikat.

       2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam    kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilaksanakan  program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964, lahir kurikulum SMA  Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program  ini tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing  yang professional. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada dasawarsa 60-an, Faklutas    Keguruan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh institut keguruan dan ilmu pendidikan (1963)    membuka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan    Indonesia (UPI) dnegan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) 
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an.  Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada pelaksanaan bimbingan  di sekolah karena straf bimbingan memegang peranan penting dalam sistem sekolah pembangunan.  Secara formal, bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannnya kurikulum  1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupaka bagian integral dalam  pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975, berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di  Malang. IPBI ini memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih mantap.  Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang professional. Upaya-  upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas yang lebih mantap. Beberapa upaya  dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah penyempurnana kurikulum dari  kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984, telah dimasukkan bimbingan karier di  dalamnya. Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No.  2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan  adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan  atau latihan bagi peranannya dalam masa mendatang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan o. 84/1993 tentang  Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah  menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan,  analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta  didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan  Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan  nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dna konseling harus tampil sebagai  profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
Secara umum, Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia dapat dibagi kedalam beberapa dekade, yaitu sebagai berikut 
a) Dekade 40-an
        Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih bnayak ditandai dengan merealisasikan  kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat maka pada saat itu  diupayakan secara bertahap memecahkan masalah besar antara lain melelui pemberantasan buta  huruf.  Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 1945. Hal ini pula yang menjadi fokus utama dalam  bimbingan pada saat itu.

      b) Dekade 50-an
     Bidang pendidikan menghadapi tantangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah  kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih  banyak tersirat dalam berbagai kegiatan oendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam  membantu siswa agar dapat berprestasi
   
    c) Dekade 60-an
     Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali daru  dimasukkannya bimbingan dan konseling (dahulu bimbingan dan penyuluhan) pada setting sekolah.  Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas  Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP-IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960.
        Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan  Bimbingan dan Penyuluhan.
     Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini adalah :
     (1)   Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
     (2)   Lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964
     (3)   Lahirnya kurikulum 1968
     (4)   Lahirnya jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun 1963
   Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

d) Dekade 70-an
      Dalam dekade ini, perkembangan Bimbingan dan Konseling dapat terlihat dari rentetan point berikut :
(1) Bimbingan diupayakan aktualisasinya melelui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya.
(2)   Bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini, semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana dan dimana bimbingan dan konseling
(3)   Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP. Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP
(4)   Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan guru Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

   e)  Dekade 80-an
        Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan  untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan  telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.

      f) Dekade 90-an
     Sampai tahun 1993, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya  lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul  anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid  diundang ke sekolah oleh guru BP. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan  Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang didalamnya termuat aturan tentang bimbingan dan  konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan tersebut diuraikan lebih lanjut melalui SK  Mendikbut No. 025.1995 sebagau petunjuk pelaksanaan Jbaatan Fugsional Guru dan Angka  Kreditnya. Di dalam SK Mendikbud ini istilag Bimbingan dan Penyuluhan berubah nama menjadi  Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola  pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas. 

C.    Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
     Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif  peserta didik, bangunan sekolah, dan kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian peserta didikyang dijadikan sorotan, apalagi peran guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi peserta didik.
       Bimbingan Konseling (BK) seolah menjadi topik yang tidak menarik untuk dibicarakan. Padahal, jika kita merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Sedangkan di Indonesia isu tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja. Gerakan yang terlihat malah dari daerah, bahkan dari sekolah-sekolah.Isu BK seperti ini mengakibatkan sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap BK. 
Ada beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah:
1.      Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter peserta didik. Kesadaran ini mendorong sekolah ini menata sistem penyelenggaraan BK menjadi salah satu elemen penting sekolah. Untuk membangun sistem tersebut mereka melakukan studi banding, membangun fasilitas BK, memberikan waktu masuk kelas untuk guru BK, melibatkan tenaga BK dalam seluruh proses perkembangan peserta didik, menempatkan BK sebagai rekan guru bukan hanya sebagai pelengkap, mengirim guru-guru BK mengikuti seminar.
2.      Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi peserta didik, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah. Keberadaan BK di sekolah ini antara ada dan tiada, hidup segan mati tak mau. Di sekolah kategori ini semua konsep BK hanya tinggal dalam angan-angan. Untuk membangun manajemen BK di sekolah ini butuh tenaga ekstra. Pendekatan yang dilakukanpun harus bervariasi. Ada pendekatan pragmatis, ada pendekatan struktural.
3.      Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”. Guru BK masih dianggap sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah. Sekolah ini cenderung tidak terbuka terhadap perkembangan ilmu BK dan tidak melihat fungsi BK dalam pembentukan pribadi siswa. Guru BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam proses pendidikan anak, bukan sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan ironisnya, yang menjadi guru BK bukan lulusan Bimbingan dan Konseling.
4.      Sekolah yang belum memiliki manajemen BK. Penyebabnya bisa karena belum ada tenaga, atau tidak ada yang tahu sehingga tidak ada yang memulai, atau bisa juga karena masalah finansial, atau menganggap tidak perlu. 

D.    Landasan Bimbingan dan Konseling
1. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam Bimbingan dan Konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalag tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling, sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang :
a)      Motif dan motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b)      Pembawaan dasar dan lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah.
c)      Perkembangan individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif /kecerdasan, moral dan sosial.
d)     Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan sendiri itu dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psiklogis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor)
e)      Kepribadian

2. Landasan Sosiologis (Sosial dan Budaya)
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagau faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dengan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dan Prayitno (2003, dalam Azizah, 2012) mengemukakan lima macam seumber hambatan yang mungkin akan terjadi dalam komunikasi sosial dan penyesuaian diri antar budaya yaitu :
a)      Perbedaan bahasa
b)      Komunikasi non-verbal
c)      Stereotipe
d)     Kecenderungan menilai
e)      Kecemasan
Agar komunikasi sosial antara konselor dan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu idantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006, dalam Azizah, 2012) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multicultural, bahwa bimbingan dna konseling dengan pendekatan multicultural sangat teapt untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat Bhineka Tunggal Ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

3. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu :
a)      Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi ke individualannya, kesosialisasiannya, dan kberagamannya
b)      Pendidikan sebagai inti drai proses bimbingan konseling
Bimbingan dan konselung mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan bimbingan dan konseling secara meluas di Amerika Serikat
c)      Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan bimbingan dan konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya

      4. Landasan Agama
Dalam landasan agama, Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada tiga hal pokok, yaitu :
a)      Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah ciptaan Tuhan
b)      Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c)      Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana da perangkat budauya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidaj dipaksakan dan tepat mennempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan posited dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup

5.  Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupaka kegiatan professional yang memilki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dna konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode seperti : pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multirefensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistikm evaluasi, filsafat, sosiologi, antropologi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hokum dan agama. Beberapa konsep dari didsplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya,. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilka melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.

E.     Referensi
Nurihsan, Achmad Juntika Nurihsan, Dr, M.Pd. (2006) Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : PT. Refika Aditama
Sugianto, Akhmad. (2013). Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan Konseling. [Online]. Diakses dari http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2013/10/sejarah-singkat-lahirnya-bimbingan.html
Azizah, Fauziyatul dan Riska N Sari. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://ichasugiarto.blogspot.com/2012/02/makalah-landasan-bimbingan-dan.html

Syamsu, Yusuf  Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda




TUGAS 2
REVIEW PRESENTASI
MAKALAH KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd
                          2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707






Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.  Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), member (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehigga bila dirangkai dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampapikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya.
Menurut Crow dan Crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-ndividu setiap usia untuk membnatunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.
Menurut Bimo Walgito, Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu ini dapat mencapai kesejahteraan hidup.
Menurut Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakuka oleh seseorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang di bimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Menurut Abu Ahmadi, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar denagn potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami duru, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Menurut Moegiadi, Bimbingan adalah proses pemberian bantuan atau pertolngan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

2. Pengertian Konseling
Konseling berasal dari akar kata “counseling”, yang maknanya melingkupi proses (process), hubungan (interaction), menekankan pada permasalaham yang dihadapi klien (performance, relationship), professional, nasehat (advice, advise, advisable). Sehingga makna konseling adalah proses interaksi pihak yang profesional dengan pihak yang bermasalah yang lebih menekankan pada pemberian advice yang advisable.
Menurut C. Patterson, Konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi seorang terapis dengan satu atau lebih konselu dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalma upaya meningkatkan kesehatan tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental konseli.
Menurut Edwin C.Lewis, Konseling adalah suatu proses dimana orang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang konseli untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
Menurut Division of Conseling Psychologi, Konseling adalah suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.
Dari pendapat para ahli disimpulkan bahwa Konseling itu merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh seorang Konselor yang terlatih pada individu yang mengalami masalah (klien), secara tatap muka, yang bertujuan agar individu tersebut dapat mengambil keputusan secara mandiri atas permasalahan yang dihadapinya baik masalah psikologis, sosial, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Untuk bahasan selanjutnya dalam tulisan ini, konseli dimaksudkan sebagai siswa dan konselor adalah guru BK.


B.     Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan pemahman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri siswa.
3. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dn lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
4. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dakam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
5. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/Madrasah dan staf, guru BK untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.
     Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, guru BK dapat memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan prose pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan guru BK.
6. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya guru BK untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh siswa. Melalui fungsi ini, guru BK BK memberikan bimbingan kepada siswa tentnag cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang mebahayakan dirinya. Adapaun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok.
7. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu siswa sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Guru BK melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap siswa supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
8. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat denagn upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadisosial, belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
9. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu siswa supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi siswa agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultif (pilihan) sesuai dengan minat siswa.
10. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya, guru BK senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Guru BK dan personel sekolah/madrasah lainnya seacar sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesenambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok, atau curah pendapat dan karyawisata

C.    Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan atau bimbinganm baik di sekolah/madrasah maupun di luar sekolah/madrasah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
 1. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua ssiwa
 Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua siswa, baik yang tidak                    bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik remaja maupun dewasa. Dalam  hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan  daripada penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi
Setiap siswa bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan melalui bimbingan guru BK dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah siswa, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif
Dalam kenyataannya, masih ada siswa yang memiliki persepsi yang negative terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan meruapakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupaka usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab guru BK, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah/madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling
Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan infomasi dan nasehat kepada siswa, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan siswa diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi siswa untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan msalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/ swasta dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosialm pendidikan dan pekerjaan.  

D.    Asas Bimbingan dan Konseling
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentuakn oleh diwujudkannya asas-asas berikut :
     1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang siswa yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak untuk diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar-benar terjamin.
    2. Asas Kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa mengikuti/menjalani pelayanan yang diperlukan dirinya. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
    3. Asas Keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar siswa yang mejadi sasaran pelayanan bersifat tebuka dan tidak berpura-pura, baik dalam menerima berbagai informasi dan materi luar yang berguna bagi pengembanagn dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa. Keterbukaan ini sangat terkait denagn terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya keukarelaan pada diri siswa yang menjadi sasaran pelayanan.
    4. Asas Kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki siswa yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini, guru pembimbing perlu mendorong siswa untuk aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang diepruntukkan baginya.
  5. Asas Kemandirian, yaitu assa bimbingan dna konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni siswa sebagai sasara kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan cirri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian siswa.
  6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar sasaran kegiatan bimbingan dan konseling ialah permasalahan siswa dalam kondisinya sekarang.
   7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengehndaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang sama hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.   
    8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dna kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konsleing perlu terus dikembangkan.
   9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konsleing yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dna konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemmapuan konslei memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut
    10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional
     11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingna dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

E.     Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Ruang lingkup tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi fungsi, sasaran, pelayanan, dan masalah.
1.      Segi Fungsi
Ditinjau dari segi fungsi, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah berfungsi untuk: (1) pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, dan (8) perbaikan.
2.      Segi Sasaran
Ditinjau dari segi sasaran, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah diperuntukkan bagi semua siswa dengan tujuan agar siswa secara individual mencapai perkembangan yang optimal melalui kemampuan pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan,pengarahan diri, dan perwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa, akan terdapat prioritas dalam sasaran bimbingan dan konseling tersebut.
3.      Segi Pelayanan
Ditinjau dari segi pelayanan yang diberikan di sekolah, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling mencakup pelayanan-pelayanan sebagai berikut:
a)      Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa untuk memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya. Sehingga dapat mempermudah dan memperlancar berperannya siswa dilingkungan yang baru itu.
b)      Pelayanan informasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa untuk menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa. Informasi tersebut dapat berupa informasi pendidikan, informasi jabatan, dan lain sebagainya.
c)      Pelayanan penempatan dan penyaluran, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa untuk memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat. Penempatan dan penyaluran tersebut dapat berupa penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, program pelatihan, magang, kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.
d)     Pelayanan pembelajaran, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek dan tujuan belajarnya.
e)      Pelayanan konseling perorangan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan secara langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya.
f)       Pelayanan bimbingan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok membahas pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g)      Pelayanan konseling kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadia yang dialami masing-masing anggota kelompok.
h)      Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, yaitu kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan seluruh data dan keterangan tentang siswa. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
i)        Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan perkembangan siswa. Himpunan data perlu dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
j)        Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh siswa dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terselesaikannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini bersifat terbatas dan tertutup.
k)      Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terselesaikannya permasalahan siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
l)        Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain.
4.      Segi Masalah
Ditinjau dari segi penanganan masalah, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah mencakup 4 bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.
a)      Bimbingan pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling lebih diarahkan untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:
(1)   Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2)   Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang produktif.
(3)   Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
(4)   Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
(5)   Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.
(6)   Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang sudah diambilnya.
(7)   Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara jasmani maupun rohani.
b)      Bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan tujuan untuk membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:
(1) Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melaui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
(2) Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumen secara dinamis, kreatif, dan produktif.
(3) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial , baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat luas.
(4) Pemantapan hubungan yang harmonis, dinamis dan produktif dengan teman sebaya.
(5) Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah, seta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
(6) Orientasi tentang hidup berkeluarga.
c)      Bimbingan belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu dan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menuasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:
(1)   Pemantapan sikap dann kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru, melaksanakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaiaan hasil belajar.
(2)   Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
(3)   Pemantapan penguasaan program belajar di sekolah menengah umum sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
(4)   Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.
(5)   Orientasi belajar di sekolah sambungan/perguruan tinggi.
d)     Bimbingan karir
Dalam bimbingan bidang karir, pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karir. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikuit:
(1)   Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.
(2)   Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karier yang hendak dikembangkan.
(3)   Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
(4)   Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga berdampak pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah. Perkembangan tersebut memunculkan berbagai permasalahan baru sehingga upaya pemecahannya pun memerlukan pendekatan dan cara-cara yang baru pula. Dampak langsung perkembangan IPTEK terhadap pelayanan bimbingan dan konseling adalah perlunya penyesuaian-penyesuaian dalam lingkup pelayanan.

F.     Kaitan antara Bimbingan dan Konseling dengan Kurikulum 2013
Peran guru BK dalami mplemetasi kurikulum 2013 akan semakin penting, pasalnya di tingkat SMA sederajat penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok peminatan. Dengan adanya program kelompok peminatan, maka peran dan tugas guru BK semakin besar. Karena sejak awal masuk, siswa harus diarahkan sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan pilihannya.
Oleh karena itu, dalam rangka implementasi kurikulum 2013, Kemendikbud melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) telah melaksanakan berbagai pelatihan pelayanan bimbingan dan konseling bagi para guru BK, kepala sekolah, dan pengawas sekolah diberbagai tempat.
Hal penting dari keseluruhan materi pelatihan ini adalah adanya penegsan bahwa layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan, yang berupaya melayani dan memberi bantuan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Dengan disertakannya bimbingan dan konseling di kurikulum 2013 berarti guru bimbingan dan konseling mendapatkan posisi yang setara dan sama pentingnya dengan guru mata pelajaran lainnya, yang pada kurikulum sebelumnya layanan BK hanya sebatas bagian dari kegiatan pengembangan diri saja.
Adapun tugas khusus guru BK dalam pelayanan BK pada Kurikulum 2013 antara lain:
1.      Di SMP/MTs, guru BK harus membantu siswa dalam memilih mata pelajaran yang harus dipelajari dan diikuti selama pendidikan dan menyiapkan pilihan studi lanjutan.
2.      Di SMA/MA dan SMK, guru BK harus membantu siswa dalam memilih dan menentukan:
a)      Arah peminatan kelompok mata pelajaran
b)      Arah pengembangan karir
c)      Menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan ke perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dasar, umum, bakat, minat, dan kecerdasan pilihan masing-masing siswa.

G.    Referensi

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-rambu Pemnyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Depdiknas.
Syamsu, Yusuf  Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
-. (2012). Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://ayahalby.files.wordpress.com/2012/10/modul-bimbingan-konseling-badar.pdf

Sudrajat, Akhmad. (2014). Pelatihan BK Dalam Kurikulum 2013. [Online]. Diakses dari https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/08/14/download-materi-pelatihan-bk-dalam-kurikulum-2013/


TUGAS 3
REVIEW PRESENTASI
MAKALAH KOMPONEN BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
                                                         2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707





Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015

A.    KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam  buku  Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan BK dalam Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) dijelaskan bahwa program BK mengandung empat komponen pelayanan, yaitu : (1) pelayanan dasar; (2) pelayanan perencanaan individual; (3) pelayanan responsif; dan (4) dukungan sistem. Adapun pengertian tiap-tiap komponen pelayanan tersebut sebagai berikut :
1.      Pelayanan Dasar
a)  Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Di Amerika Serikat, istilah pelayanan dasar lebih populer dengan sebutan kurikulum bimbingan (guidance curicculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, kurikulum bimbingan ini diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuia dengan tahapa perkembangannya. (Browers & Hatch, 2000)
Penggunan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan.   
    b)  Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau denagn kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Seacar rinci, tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar : (1) memiliki kesadaran/ pemahaman tentang diri dan lingkungannya; (2) mampu mengembangjan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya; (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan; (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya
       c)  Fokus Pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perileku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosialm belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat denga upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembanagnnya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-esteem; (2) motivasi berprestasi; (3) keterampilan pengambilan keputusan; (4) keterampilan pemecahan masalah; (5) keterampilan hubungan pribadi atau berkomunikasi; (6) penyadaran keragaman budaya; dan (7) perilau bertanggung jawab.
Hal-hal yang terkait denagn perkembangan karir terutama di tingkat SLTP/SLTA mencakup perkembangan : (1) fungsi agama bagi kehidupan; (2) pemantapan pilihan program studi; (3) keterampilan kerja profesional; (4) kesiapan pribadi dalam mengahadi pekerjaan; (5) perkembangan dunia kerja; (7) cara melamar pekerjaan; (8) kasus-kasus kriminalitas; (9) bahayanya perkelahian masal/tawuran; dan (10) dampak pergaulan bebas

2.      Pelayanan Responsif
a)   Pengertian
Pelayanan responsive merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tigas perkembangan. Konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsive.  
       b)  Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dilaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervesi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dngan maslaah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
      c)  Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentag pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan menganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembanagn diri siswa, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembanagn. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami siswa diantaranya : (1) merasa cemas tentang masa depan; (2) merasa rendah diri; (3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang; (4) membolos dari sekolah/madrasah; (5) malas belajar; (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif; (7) kurang bisa bergaul; (8) prestasi belajar rendah; (9) malas beribadah; (10) masalah pergaulan bebas; (11) masalah tawuran; (12) manajemen stress; dan (13) masalah dalam keularga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan siswa, dengan menggunakna berbagai teknik. Misalnya inventori tugas-tugas perkembangan, angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes, dan daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah (AUM).

3.      Perencanaan Individual
a)   Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa agar mampu merumuskandan melakukan aktivitas yang berkaitan denagn perencanaan masa depan berdasarkan pemahamna akan kelebihandan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman siswa secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran asesmen. Dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus siswa. Kegiatan orientasi, informasi, konseling, individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.

     b)   Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar : (1) memiliki pemahaman tenatnag diri dan lingkungannya; (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembanagn dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir; dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagia upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa utnuk memahami secara khusus tentang perkembanagn dirinya sendiri. Denagn demikian, meskipun perencanaan individual ditujukkan untuk memandu seluruh siswa, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing siswa.
Melalui pelayanan perencanaan individual, siswa diharapkan dapat :
   1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan    mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya,    informasi tenatng sekolah/madrasah, dunia kerja, dan masyarakat
          2)  Menganalisis kekuatan dan kelemahan akan dirinya dalma rangka pencapaian tujuannya
          3) Mengukur tingkat pencaapaian tujuan dirinya
          4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya
          5) Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat denagn pengembanagn aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci, cakupan focus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek : (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.


4.      Dukungan sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manjemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan kemampuan professional guru BK secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.
Program ini memberikan dukungan kepada guru BK dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Srkolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking); (b) kegiatan manajemen; (c) riset dan pengembangan.
a)      Pengembangan jejaring (networking)
Pengembanagn jejaring menyangkut kegiatan guru BK yang meliputi; (1) konsultasi dengan guru-guru; (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat; (3) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah/madrasah; (4) bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan siswa; (5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; dan (6) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait denagn pelayanan bimbingan dan konseling
b)      Kegiatan manjemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memeliharam dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (1) pengembnagan program; (2) penegmbangan staf; (3) pemanfaatan sumber daya; dan (4) pengembangan penataan kebijakan.
1)      Pengembangan Profesionalitas
Guru BK secara terus menerus berusaha memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui: (a) in-service training; (b) aktif dalam organisasi profesi; (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; dan (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
2)      Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Guru BK perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah/madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah/madrasah untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tenatng pealyanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referral, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.  
3)      Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan teracapai bila tidak memilki suatu sistem pengelolaan/ manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

Keempat komponen pelayanan BK yang meliputi pelayanan dasar, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem dapat digambarkan dalam bentuk matriks sederhana berikut :
  
Setelah komponen-komponen utama pelayanan dipahami hakikat, tujuan dan fokus pengembangannya, yang penting untuk dideskripsikan lebih lanjut adalah keterkaitan antara komponen denagn strategi pelayanan yang akan digunakan. Keterkaitan antara keduanya menjadi satu kerangka utug program yang memberikan landasan bagi guru BK tentang bagaimana cara menggerakan suatu program atau layanan BK.
Strategi pelayanan untuk masing-masing komponen program dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Pelayanan Dasar
a) Bimbingan kelas
Program yang dirancang menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa. Kegiatan bimbingan kelas ini dapat berupa diskusi kelas atau brain stroming (curah pendapat).
     b)   Pelayanan orientasi
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut.
     c)    Pelayanan informasi
Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaar bagi siswa melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung
     d)   Bimbingan kelompok
Guru BK memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5-10 orang). Bimbingan ini ditujikan untuk merespon kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia.
      e)   Pelayanan pengumpulan data
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang siswa, dan lingkungan siswa. Pengumpulan data ini dapat dilakuak denagn berbagai instrumen, baik tes maupun nontes
2.      Pelayanan responsif
a)  Konseling individual dan kelompok
Pemberian pelayanan konselinh ini ditujukan untuk membantu siswa yang mngalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
      b)   Referal (rujukan atau alih tangan)
Apabila guru BK merasa kurang memilki kemampuan untuk menangani masalah siswa, maka sebaiknya guru BK mereferal atau mengalihtangankan siswa kpeada guru lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter dan kepolisian. Siswa yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan, kecaanduan narkoba, dan penyakit kronis.
      c)   Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Guru BK berkolaborasi dengan guru fan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa, membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
      d)   Kolaborasi dengan Orang Tua
Guru BK perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memumngkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar guru BK dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
      e)   Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar Sekolah/Madrasah
Yaitu berkaitan denagn upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsure-unsur masyarakat yang dipandang relevan denagn peningkatan mutu pelayanan bimbingan.  Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak: (1) instansi pemerintah; (2) instansi swasta; (3) organisasi profesi; (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait; (5) MGMP (Musyawarah Guru Mata Pembimbing); (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan)
       f)   Konsultasi
Guru BK menerima layanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait denagn upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi siswa, melakukan referal, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
      g)   Bimbingan Teman Sebaya
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh guru BK. Siswa yang menjadi berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memcahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Disamping itu, juga berfungsi sebagai mediator yang membantu guru BK dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau konseling.
      h)   Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan untuk membantu permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.
       i)  Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang siswa tertentu yang sednaf ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya.
3.      Perencanaan Individual
Guru BK membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atu informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembanagn, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktivis. Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui pelayanan penempatan (penjurusan dan penyaluran) untuk membentuk siswa menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Siswa menggunakan informasi tentang pribadi, sosialm pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk : (1) merumuskan tujuan dan merencanakan kegiatan yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai denagn tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan; (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

4.      Dukungan Sistem
a)   Pengembangan Profesi
Guru BK secara terus menerus berusaha untuk “meng-update’ pengetahuan dan keterampilannya melalui : (1) in-service training; (2) aktif dalam organisasi profesi; (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, atau; (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
       b) Manajemen Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh program Sekolah/Madrasah dengan dukungan wajar baik dalam aspek ketersesiaan sumber data manusia, sarana dan pembiayaan.


B.     Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah, menurut Gysbers dan Henderson (Muro 7 Kottman, 1995) ada empat fase, yaitu :
1.      Perencanaan (planning)
Proses perencanaan program bimbingan dan konseling seharusnya dilakukan secara terbuka, dalam arti bukan hanya melibatkan personil bimbingan dan konseling saja, akan tetapi juga melibatkan orang-orang yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan.
Langkah pertama yang harus dilakuakn guru BK dalam perencanaan program BK adalah membentuk komite yang representative. Komite ini selanjutnya disebut dengan komite bimbingan dan konseling. Tugas dari komite ini selanjutnya disebut dengan komite bimbingan dan konseling. Tugas dari komite ini adalah merancang (planning), mendesain (designing), mengimplementasikan (implementing), dan mengevaluasi (evaluation) program BK yang akan dilaksanakan. Komite ini terdiri dari orang tua, guru, pakar bimbingan, dan tentunya guru BK sebagai pangatur dan konsulltan komite.  
Tugas selanjutnya dari komite ini adalah menetapkan dasar penetapan program. Mendefinisikan program secara operasional yang terdiri dari : (1) identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru); (2) isi pokok program (tujuan dan ruang lingkup program); (3) organisasi program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan).
Nurihsan (2005) memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan dalam proses perencanaan, diantaranya : (1) analisis kebutuhan dan permasalahan siswa; (2) penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai; (3) analisis situasi dan kondisi di sekolah; (4) penentuan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan; (5) penetapan metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan; (6) penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan; (7) persiapan fasilitas yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan; (8) perkiraan tentang hambatan-hambata yang akan ditemui dan usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasinya.
2.      Perancangan (desaigning)
Sebagai arahan dalm mendesai program bimbingan dan konseling yang komperhensif, Gybers & Handerson mengembangkan tujuh tahap untuk mewujudkan desain program BK sebagai berikut :
a)      Memilih struktur dasar program
b)      Merancang kompetensi siswa
c)      Menegaskan kembali dukungan kebijakan
d)     Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya
e)      Menetapkan hasil yang akan dicapai oleh siswa
f)       Menetapkan aktivitas secara spesifik yang sesuai dengan komponen program
g)      Mendistribusikan pedoman pelaksanaan program
3.      Penerapan (Implementing)
Setelah melalui proses perencanaan dan desain yang baik, tahap berikutnya adalah tahap implementasi. Dalam menerapkan program, guru BK sebaiknya perlu memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksana dengan baik.
Proses implementasi sejumlah kegiatan dari keseluruhan program haris didasarkan skala prioritas yang didapatkan sari hasil analisis kebutuhan. Selain itu, penerapan program bimbingan dan konseling yang telah dirancang dengan baik, seyogyanya di set dalam waktu satu tahun ajaran.
4.      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evalausi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di masa yang akan mendatang. Evaluasi juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Tolley & Rowland (Saripah, 2006) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap efektivitas program bimbingan dan konseling dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu proses, hasil jangka menengah, dan hasil akhir. Evaluasi mempunyai fungsi untuk menentukan layak tidaknya suatu program.


C.     REFERENSI
Nurihsan, A.J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :Refika Aditama
Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan
Tn. (2012) . Program Bimbingan dan konseling. [Online]. Diakses dari http://wwwhouseofcounseling.blogspot.com/2012/01/program-bimbingan-dan-konseling.html



TUGAS 4
 REVIEW PRESENTASI
PERENCANAAN PROGRAM DAN PERSONEL BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
     2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707




Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015

             A. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi apek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini meliputi : (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orang tua siswa), sarana dan prasarana pendukung bimbingan dan konseling, kondisi dan kualifikasi guru BK, dan kebijakan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah siswa, yang menyangkut karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya, masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan  bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso satu tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus.
Struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dan dalam merumuskan program, struktur, dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan siswa berdasarkan hasil penelitian kebutuhan di setiap Sekolah/Madrasah.
Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa :
            1.   Rasional
Rumusan dasar pemikirian tentang urgensi bimbingan dna konseling dalam keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Rumusan ini menyangkut konsep dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan IPTEK dan sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk siswa), dan hal-hal lain yang dianggap relevan.

            2.   Visi dan misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke dalam fokus isi :
Visi : membangun iklim Sekolah/Madrasah bagi kesuksesan siswa
Misi : memfasilitiasi seluruh siswa memperoleh dan menguasai kompetensi di bidang akademik, pribadi-sosial, karir berlandaskan pada tata kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.   Deskripsi kebutuhan
Rumusan hasil need assessment (penilaian kebutuhan) siswa dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai siswa. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni standar kompetensi kemandirian yang disepakati bersama.

           4.    Tujuan
a)   Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai siswa setelah memperoleh pelayanan bimbingan dna konseling. Tujuan hendaknya dirumuskan ke dalam tataran tujuan.
b)    Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dna dikuasai
c)  Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya
d)   Tindakan, yaitu mendorong siswa untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari

           5.     Komponen program
Komponen program meliputi: (1) komponen pelayanan dasar; (2) kompenen pelayanan responsif; (3) komponen perencanaan individual; (4) komponen dukungan sistem (manajemen)

           6.    Rencana operasional
Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanan secara efektif dan efisien. Rencana kegiatan adalah uaraian detail dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di Sekolah/Madrasah, untuk memfasilitasi siswa mencapai tugas perkembangan atau kompetensi tertentu.

           7.     Pengembangan Tema/Topik (dapat dalam bentuk dokumen tersendiri)
Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasi yang terkait denagn tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program.

           8.    Pengembangan Satuan Pelayanan  (dapat dalam bentuk dokumen tersendiri)
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik.

           9.    Evaluasi
Rencana evaluasi perkembangan siswa dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada keterlaksanaan program,sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan dan konseling.

           10.  Anggaran
Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara cermat, rasional dan realistik.


            B.  Personel Bimbingan dan Konseling
Personel utama pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru BK dan staf administrasi bimbingan dan konseling. Sementara, personel pendukung pelaksana pelayanan  bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait dalam pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, staf administrasi) di dalam organigram pelayanan  bimbingan dan konseling, dengan koordinator  dan guru pembimbing/guru BK serta staf administrasi bimbingan dan konseling sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personel tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pelayanan  bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut :
           1.    Kepala Sekolah/Madrasah dan wakil kepala Sekolah/Madrasah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di Sekolah/Madrasah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala Sekolah/Madrasah dan wakil kepala Sekolah/Madrasah adalah : mengkoordinasi segenap kegiatan yang direncanakan. Diprogramkan dan berlangsung di Sekolah/Madrasah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakam suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
a)      Mengkoordinir segenap kegiatan yang telah diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelatihan pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
b) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya untuk kemudahan bagi terlaksananya pelayanan  bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
c)      Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
d) Mempertanggjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah kepada pihak-pihak terkait, terutama dinas pendidikan yang menjadi atasannya
e)   Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh pengawas Sekolah/Madrasah bidang bimbingan dan konseling.

            2.   Koordinator bimbingan dan konseling
Koordinator bimbingan dan konseling adalah salah satu konselor, diantaranya berperan sebagia pembanti kepala Sekolah/Madrasah bidan pelayanan bimbingan dan konseling yang bertugas :
a)      Mengkoordinasi para konselor (guru BK)
b)      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap warga Sekolah/Madrasah
c)      Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling
d)     Melaksanakan program kegiatan bimbingan dan konseling
e)      Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
f)       Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
g)      Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
h)      Memberikan tindak lanjut terhadapa analisi hasil penilaian bimbingan dan konseling
i)        Mengusukan kepada kepala sekolah.madrasah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, prasarana dan sarana, alat dan perlengkapan bimbingan dan konseling
j)        Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan  bimbingan dan konseling kepada kepala Sekolah/Madrasah
k)      Berpartisipasi aktif dakam kegiatan kepengawasan oleh pengawas Sekolah/Madrasah bidang bimbingan dan konseling 

            3.   Konselor (Guru BK)
Konselor atau dalam hal ini guru BK adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Konselor (PPK). Sedangkan penerima/pengguna pelayanan  profesi bimbingan dna konseling dinamakan konseli (dalam hal ini disebut siswa). Guru BK sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli atau tenaga professional, bertugas :
a)      Melakukan studi kelayakan dan need assessment pelayanan  bimbingan dan konseling
b)      Merencanakan program bimbingan dan konseling untuk satuan-satuan waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian/mingguan, bulanna, semesteran, dan tahunan
c)      Melaksanakan program pelayanan  bimbingan dan konseling
d)     Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan  bimbingan dna konseling
e)      Menganalisis hasil penilaian pelayanan  bimbingan dan konseling
f)       Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling
g)      Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
h)      Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator pelayanan bimbingan dan konseling serta kepala Sekolah/Madrasah
i)        Mempersiapkan diir, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh pengawas Sekolah/Madrasah bidang bimbingan dan konseling
j)        Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling

            4.   Guru Mata Pelajaran
Sebagai pengampu mata pelajaran dan atau praktikum, guru dalam pelayanan  bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut :
a)      Membantu guru BK mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan pelaynan bimbingan dan konseling serta membantu pengumplan data tentang siswa.
b)      Mereferal siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru BK.
c)      Menerima siswa alih tangan dari guru BK, yiatu siswa yang menurut guru BK memerlukan pelayanan pengajaran/latihan khusus (seperti pengayaan dan perbaikan).
d)     Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa, dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e)      Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan pelayanan  /kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani pelayanan /kegiatan yang dimaksudkan itu
f)       Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi kasus
g)      Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan  bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya
Lebih jauh, peranan guru dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
a)      Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerja dapat berperanan sebagai informatory, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru BK atau konselir dalam memasyarakatkan layanan BK kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini, guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan BK, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.
b)      Guru sebagai Fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanann pembelajaran baik itu yang berdifat preventif ataupun kuratif. Pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program perbaikan (remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai, guru dapat memperogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan (enrichment)
c)      Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung denagn siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa denagn guru pendamping.. hal itu tampak misalnya pada saat seseorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan BK kepada guru BK atau konselor.
d)     Guru sebagai Motivator
Di dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi dalam memanfaatkan layanan BK di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling. Tanpa kerelaan guru dalam member kesempatan pada siswa member layanan, maka layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah.
e)      Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolag, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.

            5.   Wali kelas
Sebagai Pembina kelas, dalam pelayanan bimbingan dan konseling, wali kelas berperan sebagai :
a)      Melaksanakan peranannya sebagi penasihat kepada siswa khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
b)      Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani pelayanan  dan atau kegiatan bimbingan dan konseling
c)      Berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus
d)     Mereferal siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru BK

            6.   Staf administrasi
Staf administrasi memiliki peranan yang penting dalam memperlancar pelaksnaan program bimbingan dna konseling. Mereka diharapkan membantu menyediakan format-format yang diperlukan dan membantu para Guru BK dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada.  

            C.  Referensi
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-rambu Pemnyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Depdiknas.
SMK Negeri 4 Surabaya. (2013). Personel Pelaksana BK. [Online]. Diakses dari  http://bkforsmkn4sby.blogspot.com/2013/02/personil-pelaksana-bk.html
Lestari, K. (2014). Struktur Organisasi dan Peranan Personel BK. [Online]. Diakses dari https://kelanalestari.wordpress.com/2014/01/16/struktur-organisasi-dan-peranan-personil-bk/



TUGAS 5
REVIEW PRESENTASI
MAKALAH TEKNIK-TEKNIK PEMAHAMAN INDIVIDU
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
                                                         2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707


images





Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015


A.    Pengertian Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Melalui kemampuan rohaninya, individu dapat berhubungan dan berfikir serta dengan fikirannya itu mengendalikan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Di dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Bila seseorang hanya tinggal raga, fisik, atau jasmaninya saja, maka dia tidak dikatakan sebagai individu. Jadi, pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sehingga, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali mudah dikenali. Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulitnya coklat, hitam, atau putih, ada yang rambutnya lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada yang orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.Kita bisa melihat secara fisik bagian tubuh mana dari kita yang memiliki kemiripan dengan orang tua kita. Ada bagian tubuh kita yang mirip ibu atau ayah, begitu pula mengenai sifat atau karakter kita ada yang mirip seperti ayah dan ibu.
Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti alam sekitarnya, baik itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal (rumah) dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan buatan seperti kondisi alam geografis dan iklimnya.
Orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan siang yang berbeda dengan yang tinggal dipegunungan. Mungkin orang di daerah pantai bicaranya cenderung keras, berbeda dengan mereka yang tinggal didaerah pegunungan. Berbeda lingkungan tempat tinggal, cenderung berbeda pula kebiasaan dan perilaku orang-orangnya.
Lingkungan sosial merujuk pada lingkungan dimana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial lain yang lebih besar.
Seseorang yang sehari-harinya bergaul dengan lingkungan temannya yang bekerja sebagai supir atau kenek di terminal memiliki kebiasaan yang khas bagi kelompoknya. Begitu pula dengan orang yang lingkungan sosialnya berada di pesantren, memiliki kebiasaan khas pula bagi kelompoknya.
Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.
Menurut Sumaatmadja (dalam Ayyuna, dkk 2015), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.

B.     Pemahaman Individu
1.      Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman indvidu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling.Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagu guru pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (dalam Ayyuna, dkk 2015) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating, scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah gangguan yang ada pada individu atau kelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.

2.      Tujuan Pemahaman Individu dalam Bimbingan dan Konseling
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perlunya pemahaman individu dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, terlebih dahulu harus memahami pengertian bimbingan dan konseling, dengan tujuan agar lebih memahami mengapa pemhaman individu diperlukan dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu bantuan yang diberikan seseorang (konselor/guru BK) keapda orang lain (klien/siswa) ynag bermasalah psikis, sosial dengan harapan klien/siswa tersebut dapat memecahkan masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensi sehingga mencapai penyesuaian diri dengna lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling di atas, dapat disimpulkan perlunya pemahaman individu dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a)      Di dalam bimbingan dan konseling, kita tidak mungkin dapat memberikan pertolongan kepada seseorang sebelum kita kenal atau paham dengan orang tersebut
b)      Salah satu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling ialah memahami individu secara keseluruhan baik masalah yang dihadap maupun latar belakangnya. Dengan demikian individu akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah. Dapat dikatakn pula, perlunya pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang diharapkannya dapat tercapai.
Pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk :
a)      Semakin mampu menerima keadaan individu (siswa) seperti apa adanya dan sekaligus keberadaan siswa baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya
b)      Semakin mampu memperlakukan siswa sesuai dengan seharusnya, artinya mampu memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa
c)      Terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga mampu menciptakan relasi yang semakin baik
                   
C.    Pengumpulan Data
1.      Prinsip Pengumpulan Data
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
a)      Kelengkapan data
Data yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
1)      Data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimilikinya,
2)      Aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
3)      Kebutuhan,
4)      Tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
5)      Karakteristik permanen ataupun temporer.

b)      Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling.

c)      Keakuratan data
Data yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data.
Empat hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
1)      Validitas data
2)      Validitas instrumen 
3)      Proses pengumpulan data yang benar
4)      Analisis data yang tepat

d)     Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi.Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam computer (soft file/CD) sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.

e)      Efektivitas penggunaan data
Data yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan bimbingan dan konseling.

2.      Macam-Macam Data
Macam-macam data:
a)      Kecakapan
1)      Kecakapan petensial (potential ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan kelahirannya).
(a)    Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
(b)   Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
2)      Kecakapan aktual (actual ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya: prestasi belajar, keterampilan, kreativitas dan lain sebagainya.
b)      Kepribadian 
1)      Fisik dan kebebasan
2)      Psikis
3)      Kegiatan : ekstrakurikuler
4)      Keunggulan-keunggulan dalam bidang: akademik. Keagamaan. Olahraga, kesenian, keterampilan, sosial, dll.
5)      Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
6)      Latar belakang
7)      Agama dan moral
8)      Lingkungan masyarakat

3.      Sumber Data
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa suber, yaitu:
a)      Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
b)      Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.

4.      Aspek-Aspek yang Dihimpun dalam Pengumpulan Data
Berbagai hal yang termuat di dalam himpunan data meliputi pokok-pokok data/keterangan tentang berbagai hal seluruh data itu perlu dihimpun dan disusun menurut suatu sistem yang jelas, sehingga pemasukan dan pengeluarannya (untuk dipakai) dapat dilakukan dengan mudah dan tetap terpelihara.Himpunan data pribadi sering disebut cumulative record.
Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipeliharameliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a)      Identitas pribadi
b)      Latar belakang rumah dan keluarga
c)      Kemampuan mental, bakat, dan kondisi kepribadian
d)     Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajajaran
e)      Hasil tes diagnostik
f)       Sejarah kesehatan
g)      Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h)      Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
i)        Prestasi khusus yang pernah diperoleh
j)        Deskripsi menyeluruh hasil belajar siswa setiapa kelas
k)      Sosiometri setiap kelas
l)        Laporan penyelenggaraan diskusi/belajar kelompok
Selain itu, himpunan data juga memuat berbagai karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, hasil inventori khusus, misalnya tentang masalah-masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar, serta pelayanan yang pernah diterima masing-masing siswa.

5.      Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan Data
Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.
a)      Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu. Gambaran ini dapat memberikan proyeksi untuk masa depan tentang individu yang bersangkutan.
b)      Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karena itu, data dalam kumpulan data harus selalu baru dengan menambahkan data baru dan menanggalkan data lama yang sudah tidak relevan lagi. Data lama yang sudah tidak ada sangkut-pautnya lagi dengan kepentingan perkembangan kehidupan individu tidak perlu dipertahankan atau terus disimpan mengingat bahwa kumpulan data itu diadakan untuk kepentingan individu yang bersangkutan, bukan untuk kepentigan orang lain. Kumpulan data untuk keperluan bimbingan dan konseling bukanlah arsip ataupun dokumen yang sewaktu-waktu dapat dipakai untuk menjebak atau mengetahui kekurangan-kekurangan yang bersangkutan, melainkan sebaliknya, data yang dikumpulkan itu hendaknya mampu mendukung program-program pengembangan dan pencapaian tujuan-tujuan individu yang bersangkutan. Dalam kaitan itu, data yang bermakna ataupun berdampak negatif atau merugikan terhadap individu yang bersangkutan hendaknya tidak dijumpai dalam kumpulan data.
c)      Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu. Data untuk masing-masing individu dipisahkan sepenuhnya. Format dan sistem yang dipakai itu hendaknya memudahkan pemasukan data baru dan penanggalan data lama, serta memudahkan pengambilan data tertentu untuk dipergunakan dan pengembaliannya. Pemanfaatan komputer akan sangat memudahkan penyelenggaraan himpunan data seperti itu.
d)     Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat berhubungan dengan kumpulan data itu. Konselor/guru BK wajib menyimpan dan memelihara segenap data itu sehingga kerahasiaan yang ada di dalamnya benar-benar terjamin. Orang-orang yang hendak berhubungan dengan himpunan data itu (misalnya guru) harus melalui konselor/guru BK dengan jaminan bahwa kerahasiaan data itu tetap terjaga.
e)      Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagipula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor/guru BK sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu. Bahkan mungkin masih ada konselor/guru BK sekolah yang menganggap bahwa penyelenggaraan himpunan data itu merupakan tugas yang paling utama bagi konselor/guru BK di sekolah. Pandangan seperti itu merupakan kesalahan mendasar. Tugas utama konselor/guru BK ialah memberikan berbagai layanan, yaitu layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konselor/guru BK perorangan, serta bimbingan dan konseling kelompok. Kegiatan yang menyangkut himpunan data hanyalah sebagai penunjang belaka. Sangat diharapkan agar kegiatan penunjang itu tidak mengalahkan penyelenggaraan tugas utama konselor/guru BK di sekolah.

6.      Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling komprehensif diarahkan oleh data. Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap peserta didik memperoleh manfaat dari layanan bimbingan dan konseling. Konselor/guru BK harus menunjukkan bahwa setiap aktivitas diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data terkait peserta didik.Data yang diperoleh dan digunakan perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat.Manajemen data dilakukan secara manual maupun komputer.
Dalam era teknologi informasi, manajemen data peseta didik dilakukan secara komputer. Database peserta didik perlu dibangun dan dikembangkan agar perkembangan setiap peserta didik dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data peserta didik dan lingkungan sekolah yang tertata dan dimenejemen dengan baik  untuk kepentingan memonitor kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh peserta didik menerima apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah. Konselor/guru BK harus cermat dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan perkembangan peserta didik dapat dimonitori dari: prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.

D.    Teknik Pemahaman
1.      Pemberian Instrumen
Pemahaman tentang diri klien/siswa, tentang masalah klien/siswa, dan tentang lingkungan yang “lebih luas” dapat dicapai dengan berbagai cara. Wawancara dan dialog yang mendalam biasanya merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan pemahaman tentang diri dan masalah klien/siswa.
Berbagai instrumen dapat membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang klien/siswa dan masalahnya itu. Di dalam kaitan itu konselor/guru BK perlu memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai dalam penggunaan berbagai instrumen tersebut.Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik. Termasuk ke dalam instrumen yang dimaksudkan itu adalah berbagai tes, inventori, angket dan format isian. Sedang untuk pemahaman lingkungan yang “lebih luas” dapat digunakan berbagai brosur, leaflet, selebaran, model, contoh, dan lain sebagainya.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor/guru BK dalam penerapan instrumentasi bimbingan dan konseling. Antara lain yaitu:
a)      Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan. Pemilihan instrument yang kan dipergunakan didasarkan atas ketepatan kegunaan dan tujuan yang henda dicapai. Dalam hal ini Anastasi (dalam Ayyuna, dkk 2015) mengingatkan bahwa keefektifan penggunaan instrument dalam konseling tergantung pada ketepatan pilihan instrumen yang akan dipakai berkenaan dengan individu (yang akan mengikuti tes) dan permasalahan yang sedang ditangani. Konselor/guru BK dituntut memiliki wawasan yang memadai tentang kegunaan berbagai instrumen dalam kaitannya dengan karakteristik individu dan berbagai permasalahan.
b)      Pemakai instrument (dalam hal ini konselor/guru BK) bertanggung jawab atas pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengadministrasiannya dan skoring. Penginterpretasian skor dan penggunaanya sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan tertentu (Anastasi dalam Ayyuna, 2015). Adakalanya pemakai instrument tidak mampu mengambil seluruh tanggung jawab tersebut; maka ia memerlukan penyelia ataupun konsultan. Dalam hal ini diingatkan oleh Anastasi bahwa instrumen hanyalah alat; baik-buruknya instrumen itu sebagai alat tergantung pada pemakaiannya.
c)      Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien/siswa yang akan mengambil tes itu. Klien/siswa hendaknya memahami tujuan dan kegunaan tes itu dan bagaimana kemungkinan hasilnya. Bagi klien/siswa-klien/siswa yang secara khusus meminta tes, perlu diungkapkan mengapa ia merasa perlu dites. Lebih jauh, klien/siswa itu dipersiapkan untuk menerima hasil tes sebagaimana adanya. Apabila hasil tes ternyata baik, bagaimana reaksi klien/siswa dan apa yang akan dilakukannya? Sebaliknya, apabila hasilnya ternyata tidak sebaik yang diharapkan, bagaimana pula reaksinya? Konselor/guru BK perlu memperoleh kejelasan tentang alas an klien/siswa, dan apakah alasan yang dikemukakan itu dapat diterima. Konselor/guru BK juga perlu membimbing klien/siswa agar nantinya dapat menerima hasil tes secara positif dan dinamis. Kalau hasilnya baik klien/siswa tidak menjadi sombong atau besar kepala, dan apabila hasilnya jelek tidak menjadi kecewa atau putus asa. Hasil apa pun yang dicapai hendaknya diterima sebagaimana adanya, dan menjadi pendorong bagi klien/siswa untuk berbuat dan berusahan lebih baik lagi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
d)     Perlu diingat bahwa tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka memahami individu secara lebih luas dan dalam. Oleh karean itu pemahaman terhadap klien/siswa hendaknya tidak hanya didasarkan atas data tunggal yang dihasilkan oleh tes semata-mata, melainkan harus dilengapi dengan data lain dari sumber-sumber yang relevan sehingga gambaran tentang klien/siswa lebih bersifat komprehensif dan bermakna.
e)      Ada dan dipergunakannya berbagai instriumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tes dan berbagai instrumen itu sekedar alat bantu. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa pemahaman tentang klien/siswa dan permasalahannya dapat dilaksanakan melalui wawancara dan dialog mendalam. Oleh karean itu, kekurangan ataupun ketiadaan instrumen hendakya tidak menjadi penghambat bagi pelaksanaan bimbingan dan onseling.
Fungsi pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling mencakup kegiatan dan ruang lingkup yang cukup luas.Hasil pelaksanaan fungsi pemahaman dapat merupakan titik tolak bagi upaya-upa yang dilakukan oleh individu/klien/siswa sendiri dalam memperkembangkan diri dan menjalani kehidupannya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perkembangan dan kehidupan klien/siswa itu. Khusus bagi pihak ketiga (yaitu bagi pihak-pihak di luar klien/siswa dan konselor/guru BK), sejumlah data dan keterangan tentang klien/siswa dan permasalahannya seringkali perlu ada yang mendapat perhatisn  tersendiri, yaitu data dan keterangan yang menurut pendapat klien/siswa bersifat “rahasia”. Untuk hal-hal yang bersifat rahasia itu konselor/guru BK harus bersikap sangat hati-hati. “asas kerahasiaan” perlu diterapkan secara ketat. Hanya data dan keterangan yang diyakini tidak akan merugikan klien/siswa, dan lebih jauh lagi, hanya data dan keterangan yang akan menunjang kebahagiaan klien/siswa sajalah yang dapat disampaikan pada pihak ketiga. Di dalam kaitan ini, pihak ketiga jika mungkin diberi penjelasan tentang perlunya dilaksanakan asas kerahasiaan.
Instrumen bimbingan dan konseling meliputi digunakan  dan dikembangkan berbagai instrumen, baik berupa tes maupun  nontes.
a)      Instrumen Tes
Tes dipandang sebagai suatu alat yang digunakan dalam proses terapeutik dan memberikan sumbangan dalam membantu klien/siswa (siswa) untuk membuat keputusan dan perencanaan sendiri. Bagi konselor/guru BK tes membantu dalam menelaah dan mendiagnosa karakteristik dan masalah kepribadian dan mendiagnosa karakteristik dan kepribadian klien/siswa dengan tujuan untuk memberi informasi yang berguna tentang kepribadiannya sendiri.
Ada tiga fungsi penggunaan tes dalam konseling yaitu: (1) sebagai alat diagnostic; (2) menemukan minat dan nilai;  dan (3) membuat prediksi tingkah laku.
Di dalam memilih tes untuk konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
(1)   Standar tes yang digunakan
(2)   Memilih waktu penggunaan tes secara teapt
(3)   Memilih topik tes
(4)   Partisipasi klien/siswa dalam memilih tes
(5)   Prosedur pemilihan tes dengan langkah-langkah berikut:
Di dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a)    Mengetahui tes secara menyelurh
b)   Penjajagan terhadap alasan klien/siswa menginginkan dan pengalaman klien/siswa dalam tes-tes yang pernah dialaminya
c)    Perlu pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien/siswa siap untuk menerima informasi
d)   Arti skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
e)    Kerangka acuan hasil tes hendanya dibuat dengan jelas
f)    Hasil tes harus diberikan kepada klien/siswa (dalam bentuk buku skor)
g)   Hasil tes harus selalu terjabarkan
h)   Konselor/guru BK hendaknya bersikap netral
i)     Konselor/guru BK hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas
j)     tes harus memberikan prediksi dengan tepat
k)   Dalam tahap interpretasi tasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien/siswa
l)     Interpretasi skor yang rendah kepada klien/siswa normal hendakn ya dilakukan dengan hati-hati
Cronbach mengatakan tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu (Prayitno, et al, dalam Ayyuna 2015). Di dalam bentuknya yang nyata, tes meliputi serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan) atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang dites; jawaban atau pengerjaan atas pertanyaan atau tugas itu dijadikan dasar untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap atau kualifikasi orang yang bersangkutan.Ada bermacam-macam tes, seperti tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, tes diagnostik. Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor/guru BK dalam:
a)    Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang dites, seperti masalah penyesuaian dengan ligkungan, masalah prestasi belajar atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
b)   Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
c)    Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
d)   Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai hal yang diperoleh konselor/guru BK dari hasil tes dipergunakan konselor/guru BK untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
a)      Instrumen Nontes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri.Angket dan daftar isian dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri.Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial di antara individu-individu dalam kelompok. Dengan sosiometri akan dapat dilihat individu-individu yang populer, yang membentuk klik atau kelompok-kelompok tertentu , dan mereka yang terpencil (terisolasi). Sedangkan melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis0jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa.
Kegunaan hasil pengungkapan melalui instrumen non-tes sejalan dengan kegunaan hasil-hasil tes seperti tersebut. Memang, sebagaimana telah disebut terdahulu, berbagai data yang berhasil diungkapkan melalui berbagai prosedur dan sumber bersifat menunjag, saling melengkapi, atau dipakai untuk mencek kebenaran atau ketepatan suatu kondisi, yang kesemuanya itu dipakai sebagai bahan pertimbangan tentang perlu layanan tertentu bagi individu yang bersangkutan.
Berikut ini beberapa bentuk instrumen nontes yaitu sebagai berikut:
1)    Catatan anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
a)      Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
b)      Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
c)      Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat sebagai berikut:
a)      Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
b)      Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secaralengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
c)      Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat

2)   Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
a)      Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
b)      Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
c)      Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder

3)   Daftar cek

4)   Autobiografi (riwayat atau karangan) dan catatan harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dan lain-lain.Penggunaan autobiografi mempunyai benerapa kelemahan.Pertama, seringkali muid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling.Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan.Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan hal yang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau autobiografinya untuk dibaca orang lain.
Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
a)      Terstruktur yaitu karangan pribadi  disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
b)      Tidak tersruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas
5)   Sosiometri
Sosiometri bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
a)      Murid yang popular
b)      Yang terisolir
c)      kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid
Sosiometri dapat digunakan untuk:
a)      Memperbaiki hubungan insane
b)      Menentukan kelomppok belajar/kerja
c)      Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok

6)   Inventori

E.     Referensi
Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama
Ayyuna, dkk. (2015). Makalah Teknik-teknik Pemahaman Individu. Bandung : UPI. Tidak Diterbitkan  

Rahardjo, S. (2009). Buku Ajar Pemahaman Individu Teknik Non Tes. [Online] . Diakses dari http://susilorahardjo.blogspot.com/2009/12/buku-ajar-pemahaman-individu-teknik-non.html



TUGAS 6

REVIEW PRESENTASI
MAKALAH MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
                                                         2. Hendri Rismayadi, S.Pd.


oleh :
Rizky Ayu Aulia NIM 1201707




Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015

 A.    Masalah-masalah Siswa di Sekolah
         Siswa di sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-beda. Tohirin (Findinillah dkk, 2015) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah  akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
 1.      Perkembangan individu
2.      Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
3.     Kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4.      Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
5.      Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (Findinillah dkk, 2015) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
1.   Masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya
Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya, ialah kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal dengan Tuhannya; seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang Tuhan dengan hati nurani.
2.     Masalah individu dengan dirinya sendiri
Masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk (su’udzon), rendah motivasi, dan dalam banyak hal tidak mampu bersikap mandiri.
3.      Individu dengan lingkungan keluarga
Masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga misalnya kesulitan atau ketidakmampuan mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga seperti antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak dan saudara – saudara lainnya. Kondisi ketidak harmonisan dalam keluarga menyebabkan anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladan dari kedua orang tua.
4.      Individu dengan lingkungan kerja
Masalah individu berhubungan dengan lingkungan kerja misalnya kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidak mampuan berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja, dan kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Khususnya siswa, masalah yang berhubungan dengan karier misalnya ketidakmampuan memahami tentang karier, kegagalan memilih karier yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan karakteristik pribadinya.
5.      Individu dengan lingkungan sosialnya
Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan lingkungan tetangga, sekolah, dan masyarakat atau kegagalan bergaul dengan lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan perilaku.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Amidya (2013) juga menyebutkan bahwa pada umumnya remaja di sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA, terdapat beberapa masalah yang berkenaan dengan perilaku. Berikut beberapa masalah remaja di sekolah :
1.      Perilaku Bermasalah (Problem Behavior)
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasi dengan remaja lain, guru dan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah, misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi kurang pengalaman. Jadi, perilaku bermasalah ini akan merugikan remaha di sekolah secara tidak langsung akibat perilakunya sendiri.
2.      Perilaku Menyimpang (Behavior Disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau dan menyebabkan seorang remaja kelohatan gugup derta perilakunya tidak terkontrol. Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami perilaku ini. Seorang temaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan bahagia sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behavior disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3.      Penyesuaian Diri yang Salah (Behaviour Maladjusment)
Perilaku tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku mencontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah
4.      Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar atau Salah (Conduct Disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan anatara perilaku yang benar atau perilaku yang salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara berpikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya adalah karena sejak kecil, orang tua tidak dapat membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Seharusnya, orang tua mampu memberikan hukuman saat anak berperilaku dalah dan memberikan pujian atau hadiah saat anak berperilaku baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku antisocial, baik secara verbal maupun secara nonverbal, seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya.
5.      Perilaku berkaitan dengan Perhatian (Attention Deficit Hypperactivity Disorder)
Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami defesiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam meusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas tang diberikan kepadanya atau tidak dapay berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif akan memperhatikan lawan bicaranta dan cepat terpengaruh oleh stimuls yang datang dari luar.


B.     Pendekatan-Pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
Dilihat dati pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi empat pendekatan yaitu : (1) pendekatan krisis; (2) pendekatan remedial; (3) pendekatan preventif; (4) pendekatan perkembangan. Berikut penjelasannya :
1.      Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis terpusat pada pengaruh masa lampau sebagia suatu hal yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman-pengalaman pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupan individu dipandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada masa kini.
2.      Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan remedial ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik. Pendekatan behavioristik ini menekankan pada perilaku siswa di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab itu untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan perilaku tersebut.
3.      Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada individu .
Pendekatan kuratif ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus. Pendekatannya dapat dikatakan mempunyai banyak teknik terapi, tetapi hanya sedikit konsep.
4.      Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif , pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik., walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral tujuan bimbingan dan konseling adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya ialah memberikan kemudahan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting, metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling (Muro and Kottman dalam Arif, 2012)

C.    Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Menurut kamus The American Herritage Dictionary (Nurihsan dalam Findinillah dkk, 2015) dikemukakan bahwa ‘strategy is the scince or art of military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations’. Selanjutnya, dikemukakan pula bahwa strategi adalah ‘the art or skill of using stratagems (a military manoeuvre) designed to deceive or surprise an enemy in politics, business, courtships, or the like’.
Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Konsep strategi yang semula diterapkan dalam kemiliteran dan dunia politik, kemudian banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan (Bracker dalam Nurihsan dalam Findinillah dkk, 2015). Dengan semakin luasnya penerapan strategi, Mintberg dan Waters (Nurihsan dalam Findinillah dkk, 2015) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan.
Bedasarkan beberapa pengertian di atas, Nurihsan (Findinillah dkk, 2015) mengemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegaiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling.
Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi, konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan klasikal, dan strategi terintegrasi. Konseling individual dan konseling kelompok, menurut Marinhu (Findinillah dkk, 2015), merupakan strategi yang pada umumnya digunakan untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan bimbingan dan konseling karir. Adapun tujuan-tujuan bimbingan dan konseling karir menurut Marinhu (Findinillah dkk, 2015) yaitu: konseling yang ditekankan pada aspek-aspek bantuan pengembangan dan pencegahan agar pada waktunya dapat mencapai kematangan; dan konseling yang ditujukan untuk pengambilan keputusan. Berikut penjelasan tentang strategi bimbingan dan konseling :
1.      Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya.
Menurut Nurihsan (Findinillah dkk, 2015) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi; d) eksplorasi; e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan; g) bertanya tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k) menyimpulkan sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o) menjernihkan; p) memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat; t) memberi informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan.
2.      Konsultasi
Teknik lain dalam program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah.
3.      Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut Nurihsan (Findinillah dkk, 2015) memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
4.      Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa siswa yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada siswa yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri.
Siswa dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
5.      Pengajaran Remedial
Menurut Makmun (Nurihsan dalam Findinillah dkk, 2015) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar.
6.      Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.

D.    Referensi
Arif, F. (2012). Masalah-masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling (Strategi Bimbingan dan Konseling). [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/masalah-masalah-siswa-di-sekolah-serta-pendekatan-pendekatan-umum-dalam-bimbingan-dan-konseling-strategi-bimbingan-dan-konseling/
Sudrajat, A. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/
Findinillah, dkk. (2015). Masalah-masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling (Strategi Bimbingan dan Konseling). Bandung: UPI. Tidak Diterbitkan
Amidya. (2013). Masalah Remaja di Sekolah dan Pentingnya Konselor Guru. [Online]. Diakses dari http://remaja.sabda.org/masalah-remaja-di-sekolah-dan-
TUGAS 7

REVIEW PRESENTASI
MAKALAH KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :  1. Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd.
                                                         2. Hendri Rismayadi, S.Pd.














oleh :
Rizky Ayu Aulia
NIM 1201707


Departemen Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015




A.    Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.      Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam KBBI, diagnosis/di·ag·no·sis/  adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnostik antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnostik adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnostik merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah (Diska, Putri dan Revaldo, 2015).
Sedangkan menurut Webster (Diska, Putri dan Revaldo, 2015) diagnosik diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosik adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrumen, dan lingkungan belajar.
Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajat ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain kehidupan mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnostik kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.

2.      Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut Learning Disorder (LD). Sebagian anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidakwajaran dalam perkembangan alaminya, sehingga kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan menderita Learning Disorder (LD) tertuang dalam buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
a.       Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
b.      Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
c.       Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.

3.      Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.       Faktor internal yang meliputi:
1)      Kesehatan
Kondisi fisik secara umum dapat memengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya.
2)      Problem Menyesuaikan Diri
Walaupun faktor ini erat kaitannya dengan masyarakat sekitarnya namun sumber utama faktor ini berasal dari salam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional. Prilaku siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan hal (1) siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melakukan yang dia senangi, (2) siswa menjadi nakal, agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka, (3) siswa berprestasi negatif terhadap kegiatan belajar, (4) siswa memindahkan kekerasan dari rumah ke sekolah  apabila ia menjadi korban kekerasan orang tuanya ataupun saudaranya, dan (5) siswa menolak perintah belajar atau tekanan lain dari orang tua.

b.      Faktor eksternal yang meliputi:
1)      Lingkungan
Faktor ini merupakan faktor yang tidak mudah diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat menjadi problem yang sulit dalam belajar.
2)      Cara Guru Mengajar yang Tidak Baik
Karena cara mengajar guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
3)      Orang Tua Siswa
Orang tua yang tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar menjadi faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
4)      Masyarakat Sekitar
Masyarakat di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.

4.      Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Di dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu:
a.       Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b.      Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
c.       Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa tersebut.
Dalam hal ini, seorang guru harus senantiasa secara teratur memantau dan menerima informasi tentang kemajuan belajar siswa. Lebih jauh, informasi yang diterimanya itu harus dapat digunakan sebagai diagnostik atau peramalan tentang kondisi belajar siswa.
Informasi yang telah diterima dapat dijadikan umpan balik (feed back) untuk memantau penguatan (reinforcement) yang dimiliki oleh siswa dalam setiap unit pembelajaran, mengakui apakah siswa itu sedah belajar dengan baik atau belum, dan mengidentifikasi siswa-siswa yang ternyata mengalami kesulitan belajar.

5.      Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar 
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif.
Ada sebagian guru yang tidak menyadari bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran itu bervariasi. Guru mengajar siswa yang dikelompokkan dalam kelas dengan asumsi mereka memiliki umur yang sama, pengetahuan sama, kecepatan menerima materi pembelajaran sama, dan siswa dianggap memiliki kesiapan belajar yang sama. Namun ternyata ketika diberikan contoh soal atau latihan soal ternyata terdapat masalah, karena ada siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik.
Permasalahan yang ditemukan tersebut perlu dicari penyebabnya dan program apa yang dapat diberikan supaya para siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Dengan evaluasi diagnostik kesulitan belajar ini, diharapkan para guru dapat mengidentifikasi beberapa siswa yang memiliki kesulitan belajar.
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam melakukan evaluasi diagnostik kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan, semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.

B.     Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1.      Definisi Pengajaran Remedial
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan bahwa “Remedial” dan “Teaching”. Bila dipisahkan kata remedial berarti (1) Remedial yang berhubungan dengan perbaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek, (2) Remedial berarti bersifat menyembuhkan (yang disembuhkan adalah beberapa hambatan / gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi). Sedangkan teaching yang berarti “pengajaran” berarti proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan Perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar (Diska, Putri dan Revaldo, 2015).
Menurut  Ischak S.W dan Warji R. (Diska, Putri dan Revaldo, 2015 Remedial  Teaching adalah Kegiatan perbaikan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk pemberian  bentuk pemberian bantuan. Yaitupemberian bantuan  dalam proses  belajar  mengajar  yang berupakegiatan perbaikan terprogram dan disusun secara sistematis.
Menurut Sukardi (Diska, Putri dan Revaldo, 2015) Remedial tidak lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remedial merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik dilakukan.
Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Maka pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar.

2.      Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
a.       Tujuan Pengajaran Remedial
1)      Supaya siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
2)      Supaya siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
3)      Supaya siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4)      Supaya siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
5)      Supaya siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan yang menjadi kesulitan belajarnya, dan mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
b.      Fungsi Pengajaran Remedial
1)      Fungsi Korektif
Berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan  perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi dan lain-lain.
2)      Fungsi Pemahaman
Berarti bahwa dengan remedial memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehesif mengenai pribadi siswa.
3)      Fungsi Penyesuaian
Berarti bahwa pengajaran ramedial dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
4)      Fungsi Pengayaan
Berarti bahwa melalui pengajaran remedial, siswa akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh melalui pengajaran ramedial.
5)      Fungsi Akselerasi
Berarti bahwa melalui pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efesien.
6)      Fungsi Terapeutik
Fungsi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial secara langsung atau tidak akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukan adanya penyimpangan.

3.      Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu :
a.       Tanya Jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan siswa. Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu memungkinkan terbinanya hubungan baik antara guru dan siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dan sebagainya.
b.      Diskusi
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar-individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.
c.       Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan metode ini, siswa diharapkan dapat lebih memahami dirinya, dapat memperdalam materi yang telah dipelajari, dan dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
d.      Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan pemberian tugas dan diskusi. Yang terpenting adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
e.       Tutor
Tutor adalah siswa sebaya yang ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru-siswa. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi, hubungan sosial yang baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru.
f.       Pengajaran Individual
Pengajaran individu adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan dengan metode ini bersifat teraputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Hasil yang diharapkan dalam metode ini di samping adanya perubahan prestasi belajar juga perubahan dalam pemahaman diri siswa.
4.      Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknikpengajaran remedial / Remedial Teaching tesebut seeperti yang dirumuskan oleh  Izhar Hasis  yang disimpulkan dari  Ross and  Stanley dan dari  Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut :
a.       Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif
Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat kuratif kalau  dilakukan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Diadakannya tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa seseorang atau sejumlah orang atau mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas atau kelompok belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal  ini  adalah sebagai berikut :
1)      Pengulangan(repetation)
Pengulangan dapat  terjadi pada beberapa tingkatan, yaitu:  pada  setiap akhir jam pertemuan, setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, dan pada setiap satuan program studi (triwulan atau semester).
2)      Pengayaan (enrichment) dan Pengukuhan(reinforcement)
Kalau layanan remedial ditujuakan pada siswa yang mempunyai  kelemahan sangat mendasar, maka layanan pengayaan dan pengukuhan  ditujukan pada siswa yang mempunyai kelemahan  ringan. Teknik pelaksanaannya dapat dengan memberikan tugas atau soal pekerjaan rumah.
3)      Percepatan (acceleration)
Percepatan diberiakan kepada kasus berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial atau ego emosional. Ada dua kemungkinan pelaksanaannya, yaitu promosi penuh status akademisnya ke tingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinan dan maju berkelanjutan bila kasus menonjol pada beberapa bidang tertentu.
b.      Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif
Strategi dan teknik pendekatan preventif diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau informasi yang ada dapat diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam  menyelesaikan tugas-tugas belajar. Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif adalah berusaha sedapat mungkin agar hambatan-hambatan dalam mencapai prestasi dapai dihindari dan kemampuan  penyesuaian sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan dapat dicapai.Teknik pendekatan yang dipakai adalah layanan pengajaran  kelompok yang Diorganisasikan secara homogen (homogenius  grouping), layanan pengajaran secara individualdan layanan pengajaran kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan pengayaan.
c.       Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan
Kalau  pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari  post teaching diagnostic, pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre teaching disgnostic maka pendekatan pengmebangan merupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM). Agar strategi pendekatan  ini dapat dioperasikan secara teknis yang sistematis, maka diperlukan adanya pengorganisasian proses belajar mengajar yang sistematis seperti dalam bentuk pengajaran berprogram.

5.      Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b.      Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
Dalam langkah ini, dilakukan usaha-usaha untuk menentukan karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakteristik ditentukan, maka tindakan pemecahannya harus dipikirkan adalah sebagai berikut :
1)      Jika kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial kepada siswa tersebut
2)      Jika kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling terlebih dahulu.
c.       Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
Tujuan dari layanan khusus bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar siswa yang terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian siap menghadapi kegiatan belajar secara wajar. Bentuk konseling di sini bisa berupa pdikoterapi yang dilakukan oleh psikolog. Tetapi ada kalanya kasus ini dapat dilakukan oleh guru sendiri.
d.      Langkah pelaksanaan pengajaran remedial
e.       Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif
f.       Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai berikut :
1)      Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Maka selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya
2)      Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan
3)      Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu didiagnostik lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
6.      Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
Evaluasi perlu dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya.


C.    REFERENSI
Mukhtar dan Rusmini. (2001). Pengajaran Remedial. Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera.
Nurihsan, A. J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Disca, Putri dan Revaldo. (2015). Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Bandung. Makalah.


No comments:

Post a Comment